Selasa, 16 Juni 2015

TAFSIR HADIS KEJUJURAN MEMBAWA KABAIKAN



KEJUJURAN MEMBAWA KEBAIKAN
TAFSIR HADIST






KELOMPOK VII
BAHRIANI
20100112114
YASJUDANI ALIFA PERWITA UTAMI
20100112115
PAI V


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN-MAKASSAR 2012-2013




Artinya :
“Dari abdullah bi mas’ud ra, dari  nabi SAW bersabda bahwa sesungguhnya jujur itu menunjukkan jalan untuk beramal shaleh dan bahwa amal shaleh itu menunjukkan jalan ke syurga. Dan bahwa seseorang akan jujur selamanya sehingga ditetapkan disisi Allah sebagai orang jujur. Sesungguhnya dusta itu menunjukkan jalan beramal keji dan bahwa amal keji itu menunjukkan jalan kemarahan. Dan bahwa seseorang itu akan berdusta selamanya sehingga ditetapkan disisi Allah sebagai tukang bohong.”
A.    KETERANGAN HADIST
Beberapa permasalah tang dijelaskan dalam hadist ini, antara lain yaitu tentang “al-shidq” dan “al-Kadzb”.Pengertian “al-shidq” dan “al-Kadzb”.
Kejujuran adalah mutiara dalam diri seorang muslim, banyak orang yang mengaku muslim namun mereka adalah pendusta, padahal pendusta tidak akan berhenti dari kedustaanya sehingga dia akan terus menerus menambah kedustaanya sampai dia mati. Dalam al-quran Allah memerintahkan kita senantiasa berbuat jujur dan menjadi golongan orang – orang yang jujur.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Menurut ar-Raghib dalam kitabnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan jujur ialah benar dalam perkataan baik perkataan yang telah diucapkan,maupun yang bakal diucapkan. Baik dalam bentuk janji ataupun selainnya,dan tidak bisa digunakan kecuali dalam khabar, namun juga bisa berlaku bagi selainny, seperti bertanya dan meminta sesuatu. Tegasnya jujur adalah satunya hati dengan kata dan sesuai kata dengan sesuatu yang dikatakan.
Apabila salah satu dari syariat ini terlupakan maka yang bersangkutan tidak bisa dikatakan jujur, akan tetapi dikatakan dusta, atau ragu-ragu antara keduanya ditinjau anatar dua segi yaitu hati dan ucapan.
Jumhur berpendapat bahwa jujur ialah segala sesuatu yang sesuai dengan kenyataan, sedangkan dusta adalah sebaliknya. Ulama lainnya mengatakan bahwa bahwa jujur ialah segala yang sesuai dengan keyakinannya sedangkan dusta adalah sebaliknya.
Para ahli tasawuf mengartikan jujur itu dengan keseimbangan antara lahir dan batin, dan antara berbuat dengan berkehendak yakni perbuatannya tidak berlawanan dengan amalnyadan amalnya tidak berlawanan dengan perbuatannya.
Yazid Ibnu Haris membedakan terlebih dan berkurangnya keseimbangan antara lahir dan batinkepada tiga tingkatan, yaitu:
a.                           : apabila keseimbangan antara yang dipendam dengan yang dilahirkan sama berat.
b.                          : apabila sarirahnya melebihidaripada amaliyahnya.
c.                           : hiyanat,yakni apabila amaliyahnya lebih unggul daripada sarirahnya.
Hidayat adalah petunjuk jalan untuk sampai kepada yang dituju, dan AL BIRR adalah kelapangan dalam berbuat kebajikan yaitu suatu nama yang mencakup seluruh kebajikan, dan dimaksudkan dengannya segala amal yang khalish dan kontinyu.
Adapun perintah berbuat jujur ini dalam AL-Qur’an, firman Allah :


Artinya :
            “ Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Tuhan dan masuklah kamu ke dalam Golongan orang-orang yang jujur (shadiq). Maka andai kata  jujur terhadap Allah tentulah baik bagi mereka”.
1.      AL BIRR
Menurt bahasa, kalimat Birr berarti kebagusan atau keutamaan. Kalau kalimat itu dibaca dengan burrberarti jagung dan kalau kalimat itu berbunyi barr berarti daratan.
Menurut syara’ birr itu berarti suatu amal shaleh yang bersih dari suatu noda. Jadi, kalau dalam sabda rasulullah( muhammad) SAW, diatas terdapat ungkapan “ bahwa kejujuran itu menjadi indikasi untuk berbuat birr, maka yang dimaksud ialah sebagai pedoman untuk beramal shaleh.”
Sebagian ulama berpendapat bahwa hidayah adalah petunjuk jalan untuk sampai kepada yag dituju. Dan Al Birr adalah kelapangan dalam berbuat kebajikan, yaitu suatu nama yang mencakup seluruh kebajikan,dan dimaksudkan dengan segala amal yang ikhlas dan kontinyu. Dengan demikian, maka arti yang terkandung dalam kalimat birr ini dapat mencakup seluruh macam kebajikan, bauk kebajikan yang diusahakan oleh anggota lahiriah semisal memberikan pertolongan, menyumbangkan harta bendanya ke jalan Allah atau kepada kelompok perorangan dalam masyarakat dan lainnya, maupun kebajikan yang diusahakan oleh proses bathiniyah, misalnya berlaku jujur, beriyiqad yang baik, berakhlak jujur, dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah swt:



Artinya :
“ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan ( yang sempurna ),sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai,  dan apa saja yang kamu nafkahkahkan. Maka sesungguhnya Allah mengrtahuinya.”
2.      AL- FUJUR
Al- fujur diartika dengan kecenderungan kepada kerusakan dan juga diartikan dengan katerlibatan dalam maksiat. Perkataan tersebut adalah isim jamak bagi semua kejahatan. Kebalikan dari jujur itu adalah dusta atau khianat atau munafik, sebagaimana kita lihat dalam shahih bukhary beliau menempatkan hadis tentang ciri-ciri orang munafik itu setelah hadis Ibnu Mas’ud ini :


Artinya :
“tanda-tanda orang munafik itu ada tiga : apabila ia berbicara ia berdusta, apabila ia berjanji ia menyalahi dan apabila ia diberi amanat ia khianat.”
Penempatan hadis Abu Hurairah setelah hadist Abdullah Bin Mas’ud ini oleh bukhary, maka Ibnul Bathaal mengomentari hubungan sebagai berikut : ”Bahwa apabila seseoarang sudah kerap kali berdusta sehingga ia berhak ia berhak dijuluki nama pendusta, maka ia berarti sudah tidak memiliki sifat-sifat yang memiliki kesempurnaan seorang mukmin, bukan hanya ciri-ciri orang munafik saja.”
Berdasarkan hubungan ini, maka rupa-rupanya imam bukhory memandang adanya hubungan kausalitas antara keduanya. Yakni hadis Abu Hurairah adalah akibat dari hadist Ibnu Mas’ud.
     MACAM- MACAM KEJUJURAN
A.    Shidq Al-Qalbi (jujur dalam berniat): Hati adalah poros anggota badan. Hati adalah barometer kehidupan. Hati adalah sumber dari seluruh gerak langkah manusia. Jika hatinya bersih, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan manfaat. Tapi jika hatinya keruh, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan bencana. Rasulullah Saw. bersabda, “Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (H.R. Bukhari).
B.     Shidq Al-Hadits (jujur saat berucap): Jujur saat berkata adalah harga yang begitu mahal untuk mencapai kepercayaan orang lain. Orang yang dalam hidupnya selalu berkata jujur, maka dirinya akan dipercaya seumur hidup. Tetapi sebaliknya, jika sekali dusta, maka tak akan ada orang yang percaya padanya. Orang yang selalu berkata jujur, bukan hanya akan dihormati oleh manusia, tetapi juga akan dihormati oleh Allah Swt.
C.     Shidq Al-’Amal (jujur kala berbuat): Amal adalah hal terpenting untuk meraih posisi yang paling mulia di surga. Oleh karena itu, kita harus selalu mengikhlaskan setiap amal yang kita lakukan. Dalam berdakwah pun, kita harus menyesuaikan antara ungkapan yang kita sampaikan kepada umat dengan amal yang kita perbuat. Jangan sampai yang kita sampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal yang kita lakukan sebab Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang banyak berbicara tetapi sedikit beramal.
D.    Shidq Al-Wa’d (jujur bila berjanji): Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang selalu mengingkari janji.
E.     Shidq Al-Haal (jujur dalam kenyataan): Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada di bawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita sendiri. Dengan bahasa yang sederhana, Rasulullah Saw. mengingatkan kita dengan ungkapan, “Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu.” (H.R. Muslim). Dari ungkapan ini, Rasulullah Saw. menganjurkan kepada umatnya untuk selalu hidup di atas kenyataan dan bukan hidup dalam dunia yang semu.
Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1.    Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2.    Diantara petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
3.    Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4.    Seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia.
5.    Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
6.    Menjawab secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan kewajiban.
7.    Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.
8.    Wajib menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
9.    Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar