KEJUJURAN MEMBAWA
KEBAIKAN
TAFSIR HADIST
KELOMPOK VII
BAHRIANI
20100112114
YASJUDANI ALIFA PERWITA
UTAMI
20100112115
PAI V
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ALAUDDIN-MAKASSAR 2012-2013
Artinya
:
“Dari
abdullah bi mas’ud ra, dari nabi SAW bersabda
bahwa sesungguhnya jujur itu menunjukkan jalan untuk beramal shaleh dan bahwa
amal shaleh itu menunjukkan jalan ke syurga. Dan bahwa seseorang akan jujur
selamanya sehingga ditetapkan disisi Allah sebagai orang jujur. Sesungguhnya
dusta itu menunjukkan jalan beramal keji dan bahwa amal keji itu menunjukkan
jalan kemarahan. Dan bahwa seseorang itu akan berdusta selamanya sehingga
ditetapkan disisi Allah sebagai tukang bohong.”
A.
KETERANGAN HADIST
Beberapa
permasalah tang dijelaskan dalam hadist ini, antara lain yaitu tentang “al-shidq” dan “al-Kadzb”.Pengertian “al-shidq”
dan “al-Kadzb”.
Kejujuran
adalah mutiara dalam diri seorang muslim, banyak
orang yang mengaku muslim namun mereka adalah pendusta, padahal pendusta tidak
akan berhenti dari kedustaanya sehingga dia akan terus menerus menambah
kedustaanya sampai dia mati. Dalam al-quran Allah memerintahkan kita senantiasa
berbuat jujur dan menjadi golongan orang – orang yang jujur.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk
menyatakan sikap seseorang. Kejujuran merupakan suatu pondasi
yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam
hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk
jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Menurut
ar-Raghib dalam kitabnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan jujur ialah
benar dalam perkataan baik perkataan yang telah diucapkan,maupun yang bakal
diucapkan. Baik dalam bentuk janji ataupun selainnya,dan tidak bisa digunakan
kecuali dalam khabar, namun juga bisa berlaku bagi selainny, seperti bertanya
dan meminta sesuatu. Tegasnya jujur adalah satunya hati dengan kata dan sesuai
kata dengan sesuatu yang dikatakan.
Apabila salah
satu dari syariat ini terlupakan maka yang bersangkutan tidak bisa dikatakan
jujur, akan tetapi dikatakan dusta, atau ragu-ragu antara keduanya ditinjau
anatar dua segi yaitu hati dan ucapan.
Jumhur
berpendapat bahwa jujur ialah segala sesuatu yang sesuai dengan kenyataan,
sedangkan dusta adalah sebaliknya. Ulama lainnya mengatakan bahwa bahwa jujur
ialah segala yang sesuai dengan keyakinannya sedangkan dusta adalah sebaliknya.
Para ahli
tasawuf mengartikan jujur itu dengan keseimbangan antara lahir dan batin, dan
antara berbuat dengan berkehendak yakni perbuatannya tidak berlawanan dengan
amalnyadan amalnya tidak berlawanan dengan perbuatannya.
Yazid Ibnu Haris
membedakan terlebih dan berkurangnya keseimbangan antara lahir dan batinkepada
tiga tingkatan, yaitu:
a. : apabila keseimbangan
antara yang dipendam dengan yang dilahirkan sama berat.
b. : apabila sarirahnya
melebihidaripada amaliyahnya.
c. : hiyanat,yakni apabila
amaliyahnya lebih unggul daripada sarirahnya.
Hidayat adalah
petunjuk jalan untuk sampai kepada yang dituju, dan AL BIRR adalah kelapangan
dalam berbuat kebajikan yaitu suatu nama yang mencakup seluruh kebajikan, dan
dimaksudkan dengannya segala amal yang khalish dan kontinyu.
Adapun perintah
berbuat jujur ini dalam AL-Qur’an, firman Allah :
Artinya
:
“ Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah
kepada Tuhan dan masuklah kamu ke dalam Golongan orang-orang yang jujur
(shadiq). Maka andai kata jujur terhadap
Allah tentulah baik bagi mereka”.
1. AL BIRR
Menurt bahasa,
kalimat Birr berarti kebagusan atau keutamaan. Kalau kalimat itu dibaca dengan
burrberarti jagung dan kalau kalimat itu berbunyi barr berarti daratan.
Menurut syara’
birr itu berarti suatu amal shaleh yang bersih dari suatu noda. Jadi, kalau
dalam sabda rasulullah( muhammad) SAW, diatas terdapat ungkapan “ bahwa
kejujuran itu menjadi indikasi untuk berbuat birr, maka yang dimaksud ialah
sebagai pedoman untuk beramal shaleh.”
Sebagian ulama
berpendapat bahwa hidayah adalah petunjuk jalan untuk sampai kepada yag dituju.
Dan Al Birr adalah kelapangan dalam berbuat kebajikan, yaitu suatu nama yang
mencakup seluruh kebajikan,dan dimaksudkan dengan segala amal yang ikhlas dan
kontinyu. Dengan demikian, maka arti yang terkandung dalam kalimat birr ini
dapat mencakup seluruh macam kebajikan, bauk kebajikan yang diusahakan oleh
anggota lahiriah semisal memberikan pertolongan, menyumbangkan harta bendanya ke
jalan Allah atau kepada kelompok perorangan dalam masyarakat dan lainnya,
maupun kebajikan yang diusahakan oleh proses bathiniyah, misalnya berlaku
jujur, beriyiqad yang baik, berakhlak jujur, dan sebagainya. Sebagaimana firman
Allah swt:
Artinya
:
“
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan ( yang sempurna ),sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai,
dan apa saja yang kamu nafkahkahkan. Maka sesungguhnya Allah
mengrtahuinya.”
2. AL- FUJUR
Al- fujur
diartika dengan kecenderungan kepada kerusakan dan juga diartikan dengan
katerlibatan dalam maksiat. Perkataan tersebut adalah isim jamak bagi semua
kejahatan. Kebalikan dari jujur itu adalah dusta atau khianat atau munafik,
sebagaimana kita lihat dalam shahih bukhary beliau menempatkan hadis tentang
ciri-ciri orang munafik itu setelah hadis Ibnu Mas’ud ini :
Artinya
:
“tanda-tanda
orang munafik itu ada tiga : apabila ia berbicara ia berdusta, apabila ia
berjanji ia menyalahi dan apabila ia diberi amanat ia khianat.”
Penempatan hadis
Abu Hurairah setelah hadist Abdullah Bin Mas’ud ini oleh bukhary, maka Ibnul
Bathaal mengomentari hubungan sebagai berikut : ”Bahwa apabila seseoarang sudah kerap kali berdusta sehingga ia berhak
ia berhak dijuluki nama pendusta, maka ia berarti sudah tidak memiliki
sifat-sifat yang memiliki kesempurnaan seorang mukmin, bukan hanya ciri-ciri
orang munafik saja.”
Berdasarkan
hubungan ini, maka rupa-rupanya imam bukhory memandang adanya hubungan
kausalitas antara keduanya. Yakni hadis Abu Hurairah adalah akibat dari hadist
Ibnu Mas’ud.
MACAM- MACAM KEJUJURAN
A.
Shidq Al-Qalbi
(jujur dalam berniat): Hati adalah poros anggota badan. Hati adalah barometer
kehidupan. Hati adalah sumber dari seluruh gerak langkah manusia. Jika hatinya
bersih, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan manfaat. Tapi jika hatinya
keruh, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan bencana. Rasulullah Saw.
bersabda, “Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan
baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu
(hati).” (H.R. Bukhari).
B.
Shidq
Al-Hadits (jujur saat berucap): Jujur saat berkata adalah harga yang begitu
mahal untuk mencapai kepercayaan orang lain. Orang yang dalam hidupnya selalu
berkata jujur, maka dirinya akan dipercaya seumur hidup. Tetapi sebaliknya,
jika sekali dusta, maka tak akan ada orang yang percaya padanya. Orang yang
selalu berkata jujur, bukan hanya akan dihormati oleh manusia, tetapi juga akan
dihormati oleh Allah Swt.
C.
Shidq
Al-’Amal (jujur kala berbuat): Amal adalah hal terpenting untuk meraih posisi
yang paling mulia di surga. Oleh karena itu, kita harus selalu mengikhlaskan
setiap amal yang kita lakukan. Dalam berdakwah pun, kita harus menyesuaikan
antara ungkapan yang kita sampaikan kepada umat dengan amal yang kita perbuat.
Jangan sampai yang kita sampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal yang
kita lakukan sebab Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang banyak berbicara
tetapi sedikit beramal.
D.
Shidq Al-Wa’d
(jujur bila berjanji): Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang
benar membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka
janganlah memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt. sangat
membenci orang-orang yang selalu mengingkari janji.
E.
Shidq Al-Haal
(jujur dalam kenyataan): Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan.
Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa
orang lain untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak
hidup berada di bawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup
sesuai dengan keadaan diri kita sendiri. Dengan bahasa yang sederhana,
Rasulullah Saw. mengingatkan kita dengan ungkapan, “Orang yang merasa kenyang
dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian
palsu.” (H.R. Muslim). Dari ungkapan ini, Rasulullah Saw. menganjurkan kepada
umatnya untuk selalu hidup di atas kenyataan dan bukan hidup dalam dunia yang
semu.
Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1.
Kejujuran
termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2.
Diantara
petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
3.
Jujur
merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4.
Seorang
mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia.
5.
Membimbing
rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
6.
Menjawab
secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan
kewajiban.
7.
Dusta
merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.
8.
Wajib
menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
9.
Dusta
merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar