Wo Ai Wo De Fumu
Written: Annora Violetta
“cinta cinta cinta… terlalu agung dalam
penafsirannya. Cinta sesorang terkadang membelokkan hati pada suatu hal yang
tersesat. Namun cinta orangtua tak akan pernah menyesatkan.
Lambaian pagi
mulai menyapa akan kekosongan hari yang tak terpikirkan. Saat jendela terbuka,
angin sepoi menyambar di sebuah mentari membawa sebungkus kabar tentang cinta
yang tersembunyi. Cinta yang tak di ketahui arahnya.
Awal senja
penutup hari menghantarkan kasih dalam lamunan cinta yang tak terkendali. Cinta
yang menghantarkan pada kerinduan yang mendalam. Teringat dengan wajah muda
yang putih bersinar di sebuah dinding tua. Sangat anggun dan menarik. Hampir
saja ingatan memori menghapusnya.
Sentuhan
lembut dan nada yang berirama tiap pagi menyapa, membangunkan dalam mimpi indah
dan panjang. Tak jarang perasaan kasih buah hatinya berubah. Kau tahu? Setiap
sentuhannya yang lembut dan kata-katanya memiliki makna yang tersirat. Saat angin
malam kembali menyapa akan kekosongan hati di sebuah taman, memori akan dirinya
lagi-lagi membuat tembok hati semakin menipis. Yah, sangat melemahkan.
Teringat 3
tahun yang lalu, kali pertama kaki berpijak pada sebuah keputusan yang tak
terbayangkan. Membuat jarak dalam langkah kaki yang menjauhkan diri dari
sentuhan kasihnya dan nada lembutnya. Menyakitkan. Bahkan tetesan hujan yang
terus mengalir tak mampu di bendung hanya dalam waktu sekejap, sepekan bahkan
sebulan. Tapi, yah… semua itu hanya untuknya dan untuk diriku. Yah untuk
kebahagiaannya…
Langkah yang
tak henti membuat perubahan diri akan pengertian kasih yang ia berikan. Do’anya
yang tak henti menghantarkan aku lebih dekat dengannya. Tak jarang aku
bermanja-manja saat bertemu dengannya di waktu libur. Berbaring bersama di atas
lantai yang dingin dan memeluknya, suatu kebahagiaan kasih yang tak ternilai. Kau
tahu rasanya? Yah, sangat membahagiakan. Seperti kebahagiaan saat datangnya
musim semi dan bahkan lebih dari itu.
“Kau tahu,
saat bersamanya aku tak suka mendengarkan cerita yang tak menyejukkan. Bahkan
ketika aku jauh pun aku tak suka mendengarkan berita yang membuat dadaku
semakin sesat juga tentang dirimu. Bukan aku tak ingin mendengarkan keluh kesah
darimu tapi aku hanya ingin menikmati waktu berhargaku bersamamu. Dan kau tahu
saat aku menemukan susah dalam hidupku, aku berusaha untuk membendungnya dan
terus membendungnya walaupun rasanya sangat sakit. Kau tahu kenapa? Itu karena
perasaan kasih yang kau tanam dalam diriku”.
Berada dalam
sebuah pelukanmu adalah hal yang sangat berharga. Kau tahu kisah yang pernah
kau ceritakan kepadaku tentang buah hatimu di waktu kecil dulu membuat air
mataku tak terbendung tiap kali mengingatnya. Yah sangat membuatku sedih bahkan
terharu. Tak jarang aku banyak bertanya.
“kau tahu
nak, aku ingat saat waktu kau dan kakakmu kecil dulu. Bahkan jauh sebelum kau
lahir. Aku sangat senang dan bahagia melihatnya lari-lari di pinggir jalan.
Bermain. Dan tak jarang merengek kepadaku saat ingin membeli sesuatu dan ibu
tak punya uang membelikannya. Kau tahu nak, saat kakakmu kecil dulu aku masih
susah dalam hal ekonomi. Tetapi aku tetap ingin menyekolahkan kakakmu. Saat kau
dan adik-adikmu juga masih kecil hal yang sama juga terjadi. Aku juga senang
melihat dirimu dan adikmu berlari di jalan dan berlari. Tak jarang juga kau
merengek kepadaku atau bapakmu ketika ingin membeli sesuatu. Satu hal yang ku senangi
dalam dirimu nak, kau sangat suka menabung. Tak jarang disaat aku atau bapakmu
ingin membeli sesuatu dan kami tak punya uang, aku terkadang meminjam uang
kepadamu. Sangat lucu bukan? (sesekali tawanya keluar saat mengingatnya
namun tak jarang juga air mata mengikutinya). Tapi nak sekarang itu
hanyalah sebuah kenangan yang ku miliki bersama kalian walaupun dulu aku tak
pernah berpikir apa yang akan terjadi kepadaku ketika kalian telah besar.
Sekarang kalian benar-benar bukan lagi anak kecil yang dulu sering merengek
kepadaku. Kalian telah memiliki kehidupan sendiri. Dan kehidupan itu telah
membuat sekat di antara kita walaupun itu
juga untuk kebahagiaanmu. Kau tahu nak, tiap malam mataku kadang sangat susah
terpejam disaat mengingat kenangan itu. Seharusnya aku bahagia apa yang terjadi
sekarang ini. Tapi entah mengapa, semakin aku mengingatnya, rasanya aku semakin
menderita. Nak, bolehkah kau sedikit memberi ruang untuk diriku dalam hidupmu?
Aku tak ingin ada sekat dengan anak-anakku. Setiap kali aku melihat sinetron
tentang anak yang menyia-nyiakan orangtuanya, aku kembali teringat tentang
kalian. Jangan perlakukan aku seperti itu nak. Sungguh kasih yang aku berikan
bersama bapakmu, tak sedikitpun aku pernah menghitungnya. Sekarang kau dan
kakakmu sangat jauh dari sisiku. Aku pun tak bisa lagi banyak tahu tentang
kalian. Kata orang telepon genggam yang sangat ngetren sekarang bisa buat orang
lebih dekat, tapi nak entah mengapa rasanya itu sangat bertolak belakang
denganku. Nak, jika kau punya waktu walaupun sedikit jeguklah diriku walau
hanya sehari. Sungguh itu sudah membuatku bahagia. Kau tahu nak, aku dan
bapakmu setiap hari merindukan kakak dan adikmu bahkan dirimu. Sesekali nak,
datangnya kepelukanku baik disaat kau punya masalah ataupun tidak.”
Kau tahu
itulah isi hati yang terkadang buat hatiku semakin sedih. Bukan karena hatiku
sakit bahkan kecewa tapi mendengar itu dengan melihat wajahnya yang dulu cantik
kini semakin pudar, membuat aku merasakan dalamnya kerinduan terhadap kenangan
yang tak terlupakan. Kesadaran akan kerinduan itu sesekali membuatku ingin
melakukan sesuatu untuknya tiap kali mendengarnya bahkan mengingatnya. Yah,
benar katanya sangat susah mengembalikan sesuatu yang telah berubah. Sangat
susah. Kenangan cinta yang tak ternilai bisa membuat siapa saja bahagia tapi
tak jarang juga membuatnya menderita. Kau tahu hal yang paling aku senangi saat
bersamanya adalah membuatnya tertawa. Karena itu adalah hal yang sangat jarang
dia nampakkan kepadaku.
Yah sungguh
bahagia bukan, disaat kita mampu membahagiakan orang yang kita sayang walaupun
hanya dengan satu senyuman yang ikhlas. Sungguh kebahagiaan kasih yang pernah
kau beri takkan pernah terlupakan walaupun banyak bintang yang menghiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar