Selasa, 16 Juni 2015

CERPEN



Wo Ai Wo De Fumu
Written: Annora Violetta

“cinta cinta cinta… terlalu agung dalam penafsirannya. Cinta sesorang terkadang membelokkan hati pada suatu hal yang tersesat. Namun cinta orangtua tak akan pernah menyesatkan.
Lambaian pagi mulai menyapa akan kekosongan hari yang tak terpikirkan. Saat jendela terbuka, angin sepoi menyambar di sebuah mentari membawa sebungkus kabar tentang cinta yang tersembunyi. Cinta yang tak di ketahui arahnya.
Awal senja penutup hari menghantarkan kasih dalam lamunan cinta yang tak terkendali. Cinta yang menghantarkan pada kerinduan yang mendalam. Teringat dengan wajah muda yang putih bersinar di sebuah dinding tua. Sangat anggun dan menarik. Hampir saja ingatan memori menghapusnya.
Sentuhan lembut dan nada yang berirama tiap pagi menyapa, membangunkan dalam mimpi indah dan panjang. Tak jarang perasaan kasih buah hatinya berubah. Kau tahu? Setiap sentuhannya yang lembut dan kata-katanya memiliki makna yang tersirat. Saat angin malam kembali menyapa akan kekosongan hati di sebuah taman, memori akan dirinya lagi-lagi membuat tembok hati semakin menipis. Yah, sangat melemahkan.
Teringat 3 tahun yang lalu, kali pertama kaki berpijak pada sebuah keputusan yang tak terbayangkan. Membuat jarak dalam langkah kaki yang menjauhkan diri dari sentuhan kasihnya dan nada lembutnya. Menyakitkan. Bahkan tetesan hujan yang terus mengalir tak mampu di bendung hanya dalam waktu sekejap, sepekan bahkan sebulan. Tapi, yah… semua itu hanya untuknya dan untuk diriku. Yah untuk kebahagiaannya…
Langkah yang tak henti membuat perubahan diri akan pengertian kasih yang ia berikan. Do’anya yang tak henti menghantarkan aku lebih dekat dengannya. Tak jarang aku bermanja-manja saat bertemu dengannya di waktu libur. Berbaring bersama di atas lantai yang dingin dan memeluknya, suatu kebahagiaan kasih yang tak ternilai. Kau tahu rasanya? Yah, sangat membahagiakan. Seperti kebahagiaan saat datangnya musim semi dan bahkan lebih dari itu.
“Kau tahu, saat bersamanya aku tak suka mendengarkan cerita yang tak menyejukkan. Bahkan ketika aku jauh pun aku tak suka mendengarkan berita yang membuat dadaku semakin sesat juga tentang dirimu. Bukan aku tak ingin mendengarkan keluh kesah darimu tapi aku hanya ingin menikmati waktu berhargaku bersamamu. Dan kau tahu saat aku menemukan susah dalam hidupku, aku berusaha untuk membendungnya dan terus membendungnya walaupun rasanya sangat sakit. Kau tahu kenapa? Itu karena perasaan kasih yang kau tanam dalam diriku”.
Berada dalam sebuah pelukanmu adalah hal yang sangat berharga. Kau tahu kisah yang pernah kau ceritakan kepadaku tentang buah hatimu di waktu kecil dulu membuat air mataku tak terbendung tiap kali mengingatnya. Yah sangat membuatku sedih bahkan terharu. Tak jarang aku banyak bertanya.
“kau tahu nak, aku ingat saat waktu kau dan kakakmu kecil dulu. Bahkan jauh sebelum kau lahir. Aku sangat senang dan bahagia melihatnya lari-lari di pinggir jalan. Bermain. Dan tak jarang merengek kepadaku saat ingin membeli sesuatu dan ibu tak punya uang membelikannya. Kau tahu nak, saat kakakmu kecil dulu aku masih susah dalam hal ekonomi. Tetapi aku tetap ingin menyekolahkan kakakmu. Saat kau dan adik-adikmu juga masih kecil hal yang sama juga terjadi. Aku juga senang melihat dirimu dan adikmu berlari di jalan dan berlari. Tak jarang juga kau merengek kepadaku atau bapakmu ketika ingin membeli sesuatu. Satu hal yang ku senangi dalam dirimu nak, kau sangat suka menabung. Tak jarang disaat aku atau bapakmu ingin membeli sesuatu dan kami tak punya uang, aku terkadang meminjam uang kepadamu. Sangat lucu bukan? (sesekali tawanya keluar saat mengingatnya namun tak jarang juga air mata mengikutinya). Tapi nak sekarang itu hanyalah sebuah kenangan yang ku miliki bersama kalian walaupun dulu aku tak pernah berpikir apa yang akan terjadi kepadaku ketika kalian telah besar. Sekarang kalian benar-benar bukan lagi anak kecil yang dulu sering merengek kepadaku. Kalian telah memiliki kehidupan sendiri. Dan kehidupan itu telah membuat sekat di antara  kita walaupun itu juga untuk kebahagiaanmu. Kau tahu nak, tiap malam mataku kadang sangat susah terpejam disaat mengingat kenangan itu. Seharusnya aku bahagia apa yang terjadi sekarang ini. Tapi entah mengapa, semakin aku mengingatnya, rasanya aku semakin menderita. Nak, bolehkah kau sedikit memberi ruang untuk diriku dalam hidupmu? Aku tak ingin ada sekat dengan anak-anakku. Setiap kali aku melihat sinetron tentang anak yang menyia-nyiakan orangtuanya, aku kembali teringat tentang kalian. Jangan perlakukan aku seperti itu nak. Sungguh kasih yang aku berikan bersama bapakmu, tak sedikitpun aku pernah menghitungnya. Sekarang kau dan kakakmu sangat jauh dari sisiku. Aku pun tak bisa lagi banyak tahu tentang kalian. Kata orang telepon genggam yang sangat ngetren sekarang bisa buat orang lebih dekat, tapi nak entah mengapa rasanya itu sangat bertolak belakang denganku. Nak, jika kau punya waktu walaupun sedikit jeguklah diriku walau hanya sehari. Sungguh itu sudah membuatku bahagia. Kau tahu nak, aku dan bapakmu setiap hari merindukan kakak dan adikmu bahkan dirimu. Sesekali nak, datangnya kepelukanku baik disaat kau punya masalah ataupun tidak.”
Kau tahu itulah isi hati yang terkadang buat hatiku semakin sedih. Bukan karena hatiku sakit bahkan kecewa tapi mendengar itu dengan melihat wajahnya yang dulu cantik kini semakin pudar, membuat aku merasakan dalamnya kerinduan terhadap kenangan yang tak terlupakan. Kesadaran akan kerinduan itu sesekali membuatku ingin melakukan sesuatu untuknya tiap kali mendengarnya bahkan mengingatnya. Yah, benar katanya sangat susah mengembalikan sesuatu yang telah berubah. Sangat susah. Kenangan cinta yang tak ternilai bisa membuat siapa saja bahagia tapi tak jarang juga membuatnya menderita. Kau tahu hal yang paling aku senangi saat bersamanya adalah membuatnya tertawa. Karena itu adalah hal yang sangat jarang dia nampakkan kepadaku.
Yah sungguh bahagia bukan, disaat kita mampu membahagiakan orang yang kita sayang walaupun hanya dengan satu senyuman yang ikhlas. Sungguh kebahagiaan kasih yang pernah kau beri takkan pernah terlupakan walaupun banyak bintang yang menghiasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar